Jumat, 17 Agustus 2007

RENUNGAN KEMERDEKAAN

Renungan Kemerdekaan

Sebelum kemerdekaan ini dapat kita rasakan, kita selalu berpikir bagaimana kita dapat bebas dari kekangan dan jajahan dari orang lain, kita selalu berpikir dengan kemerdekaan kita dapat mengeluarkan semua luapan emosi dalam diri, kita selalu merasakan dengan kemerdekaan kita mampu berdiri dengan dua kaki kita sendiri dan dengan kemerdekaan kita mampu mengangkat martabat kita sendiri.

Bahu-membahu dalam perjuangan, berpikir jernih menatap masa depan, membawa sebongkah harapan pencerahan, demi anak dan cucu dimasa yang akan datang, dengan kata lain kita selalu SATU; satu hati, satu rasa, satu tujuan, dan satu masa depan, masa depan yang gemilang.

Namun sekarang kita terjebak, terjebak dalam pemikiran sendiri, terjebak dalam imajinasi kita sendiri, terjebak dalam harmoni kita sendiri, dan yang lebih parahnya kita terjebak dalam
NAFSU KITA SENDIRI”, karena “ KITA SELALU BERPIKIR CEPAT NAMUN TIDAK CERMAT, ORANG PASTI MENERTAWAKAN KITA”

Jumat, 10 Agustus 2007

H. Agus Salim

Agus Salim Tokoh Kosmopolit
Oleh : Hendra Kurniawan
(Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat)


Dalam menyambut hari kemerdekaan NKRI ke 62, saya tergugah untuk kembali melihat sejarah tokoh-tokoh kemerdekaan yang membuat Indonesia meraih kemerdekaannya dan mempertahankannya sampai sekarang. Salah satunya adalah Haji Agus Salim, intelektual minangkabau yang disegani baik kawan dan lawan di dalam atau luar negeri.
Haji Agus Salim adalah sosok yang sangat unik sekaligus istimewa. Kesederhanaannya memberikan citra tersendiri bagi pergerakan nasional dan perjuangan Islam. Dalam hemat saya, Agus Salim adalah tokoh intelejensi dalam Islam. Dia satu-satunya tokoh muslim yang pada tahun 30-an sangat kosmopolit.
Kosmopolitanisme Agus Salim dalam pengertian bahwa dia tidak hanya memikirkan dan mencoba menyelesaikan permasalahan sebatas Indonesia an sich, tapi juga dalam kaitannya dengan permasalahan dan pemikiran Islam serta Barat. Itulah kelebihan dia.
Agus Salim berbeda dengan tokoh-tokoh lain seangkatannya. Misalnya, HOS Cokroaminoto, yang pemikiran dan kiprahnya masih sebatas domestik. Agus Salim sudah jauh mendunia, go public di dunia internasional. Kiprah dan pemikiran yang demikian mengantarkan dia sebagai tokoh muslim kosmopolit.
Tentang pemikiran dia, sebenarnya tidak ada yang menarik, setidaknya untuk saat ini. Dalam reformasi Islam pun secara individual sudah sangat tertinggal. Tetapi yang paling penting dan sangat signifikan adalah bahwa dia adalah seorang former. Artinya, Agus Salim sosok yang dalam aras pemikiran sebagai orang yang mendahului.
Namun begitu, menurut saya, beberapa pemikiran dan visi dia masih cukup relevan untuk diaktualisasikan saat ini. Misalnya, pemikiran dia yang lebih inklusif di saat para tokoh dan pemikir lainnya tidak demikian. Ia mendamaikan antara Islam dan kebangsaan. Perpaduan yang komprehensif dan kondusif antara keduanya sehingga menghasilkan nilai-nilai integral coba dilakukan Agus Salim. Hal ini setidaknya disadari Agus Salim, bahwa hubungan antara Islam dan internasional tak lagi bisa terelakkan. Baik itu hubungannya dengan dunia Arab maupun Barat.
Kedua dunia yang berbeda itulah yang coba didekati Agus Salim dengan pandangan dan pendekatan integral, bahwa dunia Arab dan Barat adalah suatu sumber daya yang harus dimanfaatkan. Contoh kecil, pemakaian dasi dan jaz, yang saat itu dianggap bukan saja bertolak belakang dengan tradisi Indonesia, tapi juga dinilai sebagai simbol pengekoran terhadap Barat. Jadi, di atas segalanya, dia mendahului dengan mencipta kreasi pemikiran yang sebelumnya belum pernah ada, bahkan mendobrak tabu yang ada.
Padang, 8 Agustus 2007

Jumat, 03 Agustus 2007

ini aku

Disini teman2 bisa liat siapa aku n' dimana aku berada, karna aku adalah aku bukannya kalian